Menurut laporan terbaru dari media asing, pewaris kerajaan media Thomson Reuters, Taylor Thomson, mengalami kerugian lebih dari 80 juta USD setelah mempercayai saran seorang peramal untuk berinvestasi di pasar Aset Kripto.
Peristiwa ini terjadi selama periode bull market di pasar Aset Kripto. Taylor Thomson, dengan bantuan mantan sahabatnya Ashley Richardson, mengelola portofolio investasi Aset Kripto senilai 140 juta dolar. Di antara mereka, 40 juta dolar diinvestasikan dalam token asli proyek blockchain berbasis proof-of-stake bernama Persistence, yaitu XPRT. Namun, seiring perubahan kondisi pasar, nilai token tersebut telah anjlok 99% dari puncak historisnya.
Menghadapi kerugian yang begitu besar, Thomson mengambil tindakan hukum. Ia menggugat Richardson dan Persistence sebesar 25 juta dolar, menuduh mereka terlibat dalam pengaturan komisi rahasia dan pernyataan yang tidak benar. Saat ini, Thomson telah mencapai kesepakatan dengan Persistence, tetapi sengketa hukum dengan Richardson masih berlanjut.
Peristiwa ini sekali lagi menyoroti tingginya risiko di pasar Aset Kripto, sekaligus memperingatkan para investor untuk bersikap hati-hati terhadap saran dari non-profesional, termasuk peramal. Para investor seharusnya lebih mengandalkan analisis keuangan profesional dan penelitian pasar, bukan pada takhayul atau intuisi.
Selain itu, kasus ini juga mencerminkan bahwa bahkan investor yang berpengalaman sekalipun dapat mengalami kerugian besar akibat asimetri informasi atau kesalahan penilaian ketika menghadapi pasar Aset Kripto yang baru muncul. Oleh karena itu, bagi para investor biasa, sebelum memasuki pasar yang sangat volatil ini, mereka sebaiknya memahami risiko terkait dengan baik dan melakukan pengelolaan aset serta manajemen risiko.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Menurut laporan terbaru dari media asing, pewaris kerajaan media Thomson Reuters, Taylor Thomson, mengalami kerugian lebih dari 80 juta USD setelah mempercayai saran seorang peramal untuk berinvestasi di pasar Aset Kripto.
Peristiwa ini terjadi selama periode bull market di pasar Aset Kripto. Taylor Thomson, dengan bantuan mantan sahabatnya Ashley Richardson, mengelola portofolio investasi Aset Kripto senilai 140 juta dolar. Di antara mereka, 40 juta dolar diinvestasikan dalam token asli proyek blockchain berbasis proof-of-stake bernama Persistence, yaitu XPRT. Namun, seiring perubahan kondisi pasar, nilai token tersebut telah anjlok 99% dari puncak historisnya.
Menghadapi kerugian yang begitu besar, Thomson mengambil tindakan hukum. Ia menggugat Richardson dan Persistence sebesar 25 juta dolar, menuduh mereka terlibat dalam pengaturan komisi rahasia dan pernyataan yang tidak benar. Saat ini, Thomson telah mencapai kesepakatan dengan Persistence, tetapi sengketa hukum dengan Richardson masih berlanjut.
Peristiwa ini sekali lagi menyoroti tingginya risiko di pasar Aset Kripto, sekaligus memperingatkan para investor untuk bersikap hati-hati terhadap saran dari non-profesional, termasuk peramal. Para investor seharusnya lebih mengandalkan analisis keuangan profesional dan penelitian pasar, bukan pada takhayul atau intuisi.
Selain itu, kasus ini juga mencerminkan bahwa bahkan investor yang berpengalaman sekalipun dapat mengalami kerugian besar akibat asimetri informasi atau kesalahan penilaian ketika menghadapi pasar Aset Kripto yang baru muncul. Oleh karena itu, bagi para investor biasa, sebelum memasuki pasar yang sangat volatil ini, mereka sebaiknya memahami risiko terkait dengan baik dan melakukan pengelolaan aset serta manajemen risiko.